Tiba-tiba seorang anak perempuan mengangkat tangan dan berkata "Bu...saya tidak ingin jadi seperti bunga itu, tapi pingin seperti Ibu saja, cantik, lembut dan pintar" spontan saja suasana yang tadinya hening jadi ribut, karena anak - anak laki -laki pun ikut ribut dan berkata "Bu.....Ibu jadi Ibu saya aja, biar bisa cium bau ibu yang wangi setiap hari hari dan memandangin Ibu setiap hari".
Bu Delima nampak tenang melihat murid-muridnya, dia membiarkan murid-muridnya untuk menunjukkan ekspresi nya dan pendapatnya masing-masing beberapa saat, agar mereka bisa saling berinteraksi satu dengan yang lain, kemudian dengan tangannya ia memberikan isyarat untuk tenang dan ia memanggil Cinta untuk maju ke depan dan berkata "Cinta tolong jelaskan pada teman-temanmu proses pertumbuhan bunga ini dari menanam hingga mengeluarkan bunga seindah ini. "
Anak - anak yang mendengar Bu delima memanggil Cinta langsung kembali pada sikap awal memperhatikan pada ibu Guru mereka, kemudian Cinta maju ke depan, dan menjelaskan pada temen-temannya "Awalnya kita gembur kan dulu tanahnya lalu kita beri pupuk air yang cukup baru kita tanam benihnya, kita siram setiap hari dan kita beri pupuk, kita semprot anti hama, jika ada hama yang datang, agar bisa mengahasilkan bunga yang indah" Kemudian bu Delima berkata "Bagus cinta, penjelasannya, kalian itu ibarat seperti bunga ini, ketika orang tua kalian memutuskan untuk menikah, maka semuanya di persiapkan secara matang, sandang, pangan, papan, supaya kalian semua tercukupi serta mendapatkan kehidupan yang layak, agar bisa bertumbuh sehat, berakhlak, bersekolah dengan baik dan benar dan menjadi pintar sesuai skill kalian masing-masing dan menjauhkan segala sesuatu yang bisa merusak hidup kalian, agar setelah besar nanti kalian bisa mandiri, seperti bunga ini hasilnya sangat indah, oleh karena itu belajar yang pintar, jangan takut mencoba, teruslah berusaha, karena nasib bangsa ini sangat bergantung pada kalian di masa depan".
Anak-anak itu memperhatikan Ibu Delima, mereka sadar suatu saat mereka akan dewasa, dan harus bertanggung jawab untuk hidupnya sendiri, tampa, menggantungkan hidup pada orang lain, agar mampu berdiri sendiri untuk mencukupkan segala kebutuhan mereka sendiri agar indah di mata Tuhan dan masyarakat.


0 Comments